DAMPAK BROKEN HOME BAGI ANAK
Mempunyai keluarga yang harmonis dan
penuh kasih sayang merupakan kebahagiaan tak terkira bagi seorang anak.
Karena selain menjadi tempat paling nyaman untuknya berbagi cerita serta
kebahagiaan, keluarga juga menjadi tempat pembentukan karakter yang
pertama dan utama bagi mereka. Sehingga baik buruknya perilaku anak
lebih banyak dipengaruhi oleh hasil didikan orang tuanya.
Bagi orang tua, kehadiran seorang anak merupakan amanah besar dari
Tuhan kepada hamba yang telah dipercayai-Nya. Dengan demikian, menjaga
mereka dengan sebaik-baiknya merupakan kewajiban mutlak bagi setiap
orang tua. Salah satunya ialah dengan menjaga keutuhan dan keharmonisan
rumah tangga agar anak-anak mereka bisa mendapatkan apa yang telah
menjadi haknya.
Akan tetapi, sayangnya tidak semua keluarga bisa memenuhi harapan
tersebut. Banyak juga keluarga yang awalnya baik-baik saja kemudian
menjadi berantakan seiring munculnya permasalahan dalam rumah tangga
mereka. Hal ini ditandai dengan mulai sering terjadinya pertengkaran
orang tua, hubungan keluarg yang tidak lagi harmonis, hingga berakhir
denga perceraian atau bahkan penelantaran anak. Broken home menjadi
istilah umum yang banyak dikenal untuk menyebut keadaan ini.
Dengan berbagai latar belakang yang menjadi penyebab terjadinya
broken home tersebut, anak selalu saja menjadi pihak yang paling
dirugikan. Baik dari segi jasmani maupun psikis mereka. Berikut adalah
beberapa dampak broken home terhadap anak
Berikut dampak broken home bagi anak:
- Kekurangan kasih sayang
Ketika sepasang suami istri tidak lagi memiliki hubungan yang
harmonis, maka sangat mungkin jika kemudian keegoisan dari
masing-masinglah yang diutamakan. Jika hal ini tidak segera dicarikan
jalan keluar, maka perhatian kepada anak yang akan dikorbankan. Meski
sebagian orang tua yang mengalami
broken home mengetahui apa yang seharusnya ia berikan kepada anaknya, namun karena ego terhadap pasangan ia menjadi enggan melakukannya.;
- Rentan menderita gangguan psikis
Akibat seringkali berada dalam tekanan, kondisi psikis anak juga
kerapkali mengalami gangguan. Seperti ia selalu cemas, mengalami
ketakutan, merasa serba salah dan terjepit diantara kedua orang tuanya,
selalu bersedih dan murung.
- Membenci orang tuanya
Dengan kondisi mental yang masih sangat labil, seorang anak bisa jadi
akan membenci ayah, ibu, atau bahkan kedua orang tuanya saat terjadi
broken home. Ia belum bisa memahami dan menerima apa yang sebenarnya
terjadi. Sehingga ia akan menganggap semua yang terjadi adalah kesalahan
salah satu atau kedua orang tuanya.
- Permasalahan moral
Ketika seorang anak yang sedang berada pada masa perkembangannya
selalu dihadapkan pada pertengkaran-pertengkaran orang tua mereka, maka
secara tidak langsung akan membentuk kepribadiannya menjadi keras dan
kasar. Seiring berjalannya waktu, ia juga akan terbiasa melakukan
tindakan-tindakan seperti apa yang sering ia lihat dari orang tuanya
ketika mereka bertengkar, seperti berlaku kasar, temperamental,
bertindak sebagai trouble maker di kelas maupun teman
sepermainan, bersikap acuh tak acuh, memberontak, berperilaku tidak
sopan kepada orang yang lebih tua dan lain sebagainya.
- Mudah mendapat pengaruh buruk lingkungan
Saat rumah tidak lagi terasa nyaman, seorang anak akan berusaha
mencari tempat lain untuk saling berbagi maupun menghibur diri. Pada
kondisi seperti ini, biasanya lingkungan teman sepermainan sering
menjadi tujuan mereka. Dan jika lingkungan tersebut tidak baik, maka
akan sangat mudah bagi seorang anak untuk terpengaruh hal-hal yang
menyimpang. Misalnya mulai mencoba merokok, berjudi, minum-minuman
keras, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, bahkan menjajal seks bebas
atau pergi ke tempat pelacuran sebagai pelarian baginya untuk mendapat
kebahagiaan. (baca : cara menghindari pergaulan bebas)
- Tidak mudah bergaul
Kebalikan dari poin sebelumnya, anak dari keluarga broken home juga
tidak sedikit yang cenderung lebih menutup diri. Anak-anak tersebut
cenderung marik diri dari pergaulan karena merasa rendah diri. Dengan
kurangnya perhatian dari orang tua, ia menjadi tidak terbiasa untuk
mengekpos diri atau sekedar berbagi cerita, sehingga ia akan merasa
kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Selanjutnya
ia akan menjadi takut untuk mengenal orang lain. Sebab lain ialah ia
akan malu serta minder jika teman-temannya tahu keadaan keluarganya yang
berantakan, ia juga khawatir jika nantinya mereka akan menjauh dan
mengucilkannya.
- Tidak Berprestasi
Dampak lain ketika seorang anak menjadi korban broken home ialah
ia sering mendapat masalah dalam hal sekolah akademiknya. Permasalahan
yang ada dalam rumah akan membuatnya malas belajar. Pertama bisa jadi
karena suasana rumah yang tidak lagi kondusif untuk belajar akibat
sering adanya pertengkaran, atau karena tidak adanya support
orang sekitar yang membuatnya merasa tidak ada yang harus dibanggakan
sehingga tidak perlu susah payah untuk mengukit prestasi. Hal ini tentu
saja berbeda dengan anak-anak yang berasal dari keluarga utuh yang
cenderung memiliki motivasi lebih tinggi dari mereka.
- Kedangkalan spiritual
Penanaman pondasi agama akan baik jika dimulai sejak masih anak-anak,
tetapi pada keluarga broken home anak-anak tersebut seringkali
kehilangan kesempatan itu. Orang tua yang seharusnya menjadi sekolah
agama pertama bagi mereke ternyata tidak menjalankan peran mereka
sebagaimana mestinya. Sehingga karena anak-anak tersebut tidak dibekali
dengan nilai-nilai agama yang kokoh, maka akan sangat mungkin jika
nantinya mereka akan kesulitan dalam menyikapi berbagai permasalahan
akibat tidak dipunyainya pedoman hidup yang bisa mengarahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar